Senin, 31 Maret 2014

Teknik Pencahayaan

Teknik Pencahayaan dalam Fotografi


Sebelumnya pernah dibahas tentang cahaya buatan (articial lighting). Kali ini akan dibahas beberapa teknik lighting yang umum digunakan. Mengacu pada pemahaman fotografi sendiri yang berarti ‘melukis dengan cahaya’ maka tanpa adanya suatu cahaya tidak akan karya fotografi. Permainan cahaya dan teknik pencahayaan yang benar akan menghasilkan karya foto yang bagus. Ada beberapa istilah dan teknik pencahayaan dalam fotografi.
  1. Hi Key
  2. Low Key
  3. Candle Light
  4. Split
  5. Horror
  6. Butterfly
  7. Rembrandt

High Key Lighting
hikey 172x300 Teknik Pencahayaan dalam Fotografi
Teknik pencahayaan yang menghasilkan warna sangat kontras yang di dominasi oleh warna terang, biasanya warna putih. Kesan yang dihasilkan adalah bersih, putih, suci, lembut. Paling sesuai biasanya untuk fotografi produk, kosmetik, dan jenis foto yang memerlukan penguatan pada produk.







Low Key Lighting
low key 199x300 Teknik Pencahayaan dalam Fotografi
Low Key lighting sebenarnya mirip dengan teknik hi-key, sama-sama menonjolkan kontras dari sebuah objek foto. Bedanya terletak pada eksekusi serta hasil akhir. Pada foto low key pencayahaan sangat minim, hanya ditekankan pada bagian-bagian tertentu objek foto. Foto ini sangat cocok untuk menampilkan kesan sedih, dalam, eksotis, mistis, dan sebagainya.
Setting lampu biasanya sangat minim. Bisa menggunakan satu jenis lampu atau dua untuk menghasilkan detail dan kedalaman foto.




Candle Light
candle light 300x200 Teknik Pencahayaan dalam Fotografi







Hasil dari teknik pencahayaan ini mirip dengan Low Key. Bedanya terletak pada sumber cahaya yang digunakan, biasanya dari lilin atau sumber cahaya lain yang mirip lilin. Foto yang dihasilkan memberi kesan dalam, kuat, damai, dan teduh.
Teknik ini kebanyakan digunakan untuk foto-foto religius, produk, dan jenis foto lain yang ingin memberikan kesan damai dan teduh seperti karakter lilin. Karena sumber cahaya terbatas, teknik foto dengan kecepatan rendah.

Split Lighting
split light 240x300 Teknik Pencahayaan dalam Fotografi
Split lighting teknik pencahayaan dengan menggunakan lighting dari salah satu sisi objek foto. Hasilnya objek terlihat separo dari keseluruhan objek foto. Banyak diimplementasikan pada jenis foto portrait atau objek simetris. Kesan yang ditimbulkan bermacam-macam, tergantung dari keperluan foto dibuat. Bisa misterius, penekanan karakter objek dan sebagainya.





Horror Lighting
horror liight 282x300 Teknik Pencahayaan dalam Fotografi
Teknik foto horor hampir mirip dengan teknik low light dan split lighting,perbedaannya hanya pada anglepengambilan objek foto dan sudut penempatan lampu serta ekspresi model. Kebanyakan posisi lampu diletakkan di bawah model.






Butterfly Lighting
butterfly light Teknik Pencahayaan dalam Fotografi
Teknik lighting ini menempatkan lampu utama di atas objek foto. Sehingga dihasilkan foto dengan bayangan di bawah hidung menyerupai atau mirip bentuk kupu-kupu.Lighting jenis ini sangat cocok untuk foto kosmetik yang menonjolkan kecantikan objek foto.






Rembrandt Lighting
rembrant light 203x300 Teknik Pencahayaan dalam Fotografi
Teknik ini menggunakan satu atau dua lampu dan ditambah reflektor. Jenis pencahayaan ini banyak digemari karena menghasilkan foto yang lebih berdimensi bahkan dengan peralatan lampu yang terbatas. Bentuk pencahayaan Rembrandt menghasilkan bentuk segitiga agak kontras disamping hidung atau di bawah mata.
Sedangkan Rembrandt sendiri diambil dari nama  pelukis yang sering melukis dengan menggunakan teknik pencahayaan seperti ini. Foto yang dihasilkan dengan teknik pencahayaan ini memberi kesan yang lebih berkarakter pada objek foto.

Sejarah Kamera Obscura Sampai dengan Sekarang

Urutan Kamera Dari Yang pertama

Perkembangan dunia fotografi memang tidak terlepas dari sejarahnya yang teramat panjang, dimulai dari masa sebelum Masehi hingga ke masa sekarang ini. Kini, fotografi telah menjadi suatu bidang yang amat populer dan dapat dipahami serta dipraktekkan dengan mudah oleh setiap orang. Keadaan seperti ini tidak mungkin tercapai tanpa adanya penemuan atau inovasi yang dilakukan oleh para tokoh. Berikut ini merupakan pemaparan perkembangan fotografi dari mulai penemuan konsep kamera yang paling sederhana hingga ke era fotografi digital.
1. CAMERA OBSCURA
Camera Obscura (selanjutnya ditulis kamera obscura), berasal dari kata dalam bahasa latin yang artinya ‘kamar gelap’. Disebut demikian karena pada awalnya kamera obscura memang sebuah ruangan gelap yang memiliki sebuah lensa cembung/lubang kecil di salah satu bagian sisinya. Melalui lensa cembung/lubang kecil inilah, cahaya dari luar akan masuk dan memproyeksikan citra dari obyek/keadaan di luar, ke atas sebuah media.
Sebuah kamera obscura berbentuk ruangan, di University of North Carolina at Chapel Hill. Area yang diberi lingkaran berwarna kuning adalah lubang kecil tempat masuknya cahaya.
Sejarah awal dari konsep pemroyeksian/pemantulan cahaya bisa ditelusuri ke tahun 336 SM. Saat ituAristoteles (384 – 322 SM) melihat bentuk sabit yang tercipta akibat dari peristiwa gerhana matahari sebagian. Bentuk sabit itu terproyeksikan ke atas permukaan tanah, melalui lubang-lubang kecil dari sebuah ayakan. Aristoteles kemudian membuat lubang kecil pada sebuah lempengan logam. Dan ternyata, lubang kecil pada lempengan logam tersebut memang bermanfaat sebagai jalan masuknya cahaya yang memproyeksikan citra dari luar, ke atas sebuah bidang. Peristiwa inilah yang melahirkan apa yang disebut dengan ‘prinsip optik’, suatu prinsip yang sangat bermanfaat dalam pengembangan teknologi fotografi (kamera) hingga sekarang.
Perkembangan selanjutnya dilakukan oleh seorang ilmuwan Mesir bernama Abu Ali Al-Hasan Ibn Al-Haitham (965 – 1039 M), atau yang lebih dikenal dengan sebutan‘Al-Hazen’. Al-Hazen adalah orang pertama yang menerapkan prinsip optik pada suatu ruangan gelap. Ruangan gelap inilah yang kemudian disebut sebagai kamera obscura.
Pada abad ke-15, seorang pelukis dan penemu terkenal, Leonardo Da Vinci (1452 – 1519 M), memanfaatkan kamera obscura untuk membantunya membuat lukisan. Ia mengatur sedemikian rupa agar proyeksi cahaya dari luar ruangan bisa jatuh tepat ke atas media lukisnya. Dengan cara itu, ia dapat menyalin citra yang terproyeksi, menjadi sebuah lukisan. Selain itu, Leonardo Da Vinci juga membuat rancangan kamera obscura berbentuk praktis yang bisa dibawa kemana-mana. Akan tetapi rancangan itu tidak sempat ia realisasikan.

2. PINHOLE CAMERA/KAMERA LUBANG JARUM

Kamera lubang jarum menggunakan konsep yang sama dengan kamera obscura, yaitu memproyeksikan citra dari obyek di luar, melalui sebuah lubang yang sangat kecil. Hanya saja, kamera lubang jarum tidak sebesar ruangan seperti halnya kamera obscura.
Contoh foto yang dihasilkan oleh sebuah kamera lubang jarum.
Untuk memproduksi citra yang akan tercetak di atas media (kertas khusus/lempengan logam), kamera lubang jarum membutuhkan waktu exposure(penangkapan cahaya) yang lama, bahkan sangat lama bila dibandingkan dengan kamera biasa, bisa beberapa menit, hingga berjam-jam.
Catatan tertulis tentang kamera lubang jarum, berasal dari China pada abad ke-5 sebelum Masehi. Seorang ilmuwan China bernama Mo Jing, menyebutkan tentang teori pembentukan citra melalui sebuah lubang kecil. Kemudian pada abad ke-10 sampai 16, banyak ilmuwan menjadi penemu kamera lubang jarum, seperti seorang ilmuwan China bernama Shen Kuo(1031 – 1095), Roger BaconRobert Grosseteste, hingga ilmuwan Mesir, Al-Hazen, yang juga menjadi penemu dari kamera obscura.

3. KAMERA FOTO

Kamera foto berarti suatu alat yang fungsinya tidak hanya memproyeksikan citra saja, tetapi juga menggambarkan citra tersebut ke atas sebuah media, secara permanen. Kamera foto merupakan hasil pengembangan dari fungsi yang sudah ada pada kamera obscura temuan Al-Hazen. Bila menelusuri sejarah penemuan kamera foto modern, maka kita akan bertemu dengan 4 orang tokoh dari abad ke-19 yang telah berjasa menunjukkan jalan menuju dunia fotografi modern.
Orang yang pertama adalah seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis, Joseph Nicéphore Niépce. Di tahun 1820an ia melakukan eksperimen dengan kamera obscura. Niépce menyisipkan sebuah media ke dalam kamera obscura, agar citra yang terproyeksikan bisa terekam dalam media itu.
View from the Window at Le Gras, foto yang paling pertama kali dibuat.
Media yang digunakannya adalah sebuah lempengan timah yang diolesi minyak khusus. Lempengan timah ini disimpan di dalam kamera obscura dan terpapar selama 8 jam oleh sinar matahari yang cerah. Citra yang terproyeksi dan terekam pada lempengan timah itulah, yang merupakan foto tercetak pertama yang berhasil dibuat dalam sejarah umat manusia. Foto itu diberi judul “View from the Window at Le Gras”, dibuat pada tahun 1826.
Tahun 1826, Joseph Nicéphore Niépce berkolaborasi dengan seorang seniman dan ahli kimia Perancis bernama Louis JM Daguerre. Niépce meninggal dunia pada tahun 1833. Tapi setelah itu Daguerre terus menyempurnakan eksperimen Niépce. Ia menemukan cara agar gambar yang dihasilkan bisa terekam dengan lebih baik.
Boulevard du Temple (1838/1839), foto pertama yang menampilkan citra manusia. Dibuat oleh Louis JM Daguerre.
Daguerre kemudian menggunakan media berupa lempengan berlapis perak. Sebelum lempengan itu dipapari cahaya, pertama-tama ia mengasapinya dengan uap dari zat yodium, agar lebih sensitif terhadap paparan cahaya. Setelah dipapari cahaya selama 10 menit melalui kamera obscura, lempengan berlapis perak tersebut diangkat dan diasapi lagi oleh uap dari zat merkuri serta dicelupkan dalam larutan garam. Akhirnya muncullah gambar yang kualitasnya lebih baik daripada foto yang dihasilkan selama 8 jam melalui eksperimen Niépce. Gambar yang diambil Daguerre ini dibuat pada sekitar akhir tahun 1838 atau awal tahun 1839. Diberi judul“Boulevard du Temple” dan merupakan foto pertama yang menampilkan citra manusia di dalamnya.
Proses dan perangkat yang dipergunakan Louis JM Daguerre untuk membuat foto, kemudian dipatenkan dan diberi nama ‘Daguerreotype’Daguerreotype menjadi populer dan sering dipergunakan untuk mengambil gambar dari tokoh-tokoh terkenal. Sehingga alat ini bisa disebut sebagai kamera foto pertama yang digunakan di masyarakat.
Percobaan berhasil yang dilakukan oleh Daguerre, sudah mulai memperkenalkan konsep film negatif yang bisa diubah menjadi positif dengan cara-cara tertentu. Sebenarnya, pada periode yang sama, seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris bernama William Henry Fox Talbot juga telah melakukan eksperimen yang mirip dengan eksperimen Daguerre. Barulah setelah Daguerre mematenkan proses temuannya, Talbot juga berusaha mempublikasikan hasil eksperimennya. Talbot lebih memfokuskan penelitiannya pada media penyerap cahaya atau kertas foto. Ia menciptakan media yang merupakan kertas yang telah dilapisi oleh bermacam-macam zat kimia. Kemudian ia memaparkan cahaya matahari ke atas kertas itu, dengan sebuah obyek di depannya. Jadilah citra obyek tersebut tercetak pada kertas. Proses ini dinamainya ‘Calotype’, yang berarti ‘penggambaran indah’, dalam bahasa Yunani.
Kodak No. 2 Brownie Box Camera (1910)
Perkembangan selanjutnya dari kamera foto terjadi bersamaan dengan ditemukannya teknologi rollfilm. Tahun 1888, seorang berkebangsaan Amerika Serikat bernama George Eastman, memperkenalkan kamera yang dijual dengan harga terjangkau dan bernama “Kodak”. Kamera Kodak yang pertama ini sudah terisi dengan sebuah rollfilm hitam putih yang mampu untuk merekam 100 foto.
Perusahaan Kodak milik George Eastman ini mempunyai slogan “You press the button, we do the rest” (Anda yang menekan tombolnya, kami yang mengurus selanjutnya), karena untuk memproses dan mencetak hasil fotonya, konsumen perlu mengembalikan kamera mereka ke pabrik.
Jadi itulah sejarah awal dari kamera foto. Dimulai dengan eksperimen Joseph Nicéphore Niépce yang mengembangkan kamera obscura agar bisa merekam gambar, dilanjutkan oleh Louis JM Daguerre dengan daguerreotypenya yang menyempurnakan hasil eksperimen Niépce, kemudian William Henry Fox Talbot yang mempunyai konsep serupa dengan Daguerre, dan terakhir George Eastman, yang memproduksi kamera ‘Kodak’nya yang murah serta mudah digunakan, dan akhirnya membuat fotografi menjadi semakin memasyarakat.

4. FILM

Film atau rollfilm adalah media yang menyimpan gambar negatif dari sebuah foto. Gambar negatif ini kemudian diproses dengan cara-cara tertentu agar gambarnya bisa tercetak pada media lain (kertas), dan jadilah sebuah foto.
Perkembangan awal dari film adalah lempengan timah/logam yang dipergunakan oleh Niépce, Daguerre, dan Talbot untuk merekam gambar yang dihasilkan dari alat mereka masing-masing. Akan tetapi lempengan yang telah dilapisi oleh berbagai macam zat kimia itu, tidaklah bisa disebut sebagai film karena gambar yang dibuat, tercetak pada lempengan itu juga. Sedangkan definisi film adalah media yang menyimpan gambar negatif, untuk kemudian diproses agar bisa tercetak pada media lain.
Adapun film seperti yang kita kenal sekarang ini, ditemukan oleh George Eastman, pendiri dari perusahaan Kodak, pada tahun 1884. Film jenis pertama ini berupa kertas yang diolesi dengan jel khusus yang kering. Baru pada tahun 1889, Eastman berinovasi dengan membuat film berbahan plastik transparan. Film ini terbuat dari bahan-bahan yang mudah terbakar, yaitu plastik khusus yang dicampur dengan nitrat dan kapur barus.
'Film' yang umum digunakan.
Pengembangan pun terus dilakukan, film yang lebih modern dan biasa kita gunakan terdiri 3 hingga 20 lapisan, dan merupakan campuran dari berbagai bahan kimia. Adapun unsur-unsur yang terdapat pada film itu akan menentukan sensitifitas, kontras, resolusi dan efek-efek lain pada foto yang dibuat.
Menjelang akhir abad 20, muncul ‘film’ jenis baru.Film baru itu adalah film elektronik (media penyimpanan data) yang digunakan pada kamera digital. Karena lebih murah dan bisa digunakan berulang-ulang, kini orang lebih memilih untuk memanfaatkan fotografi digital dan film elektronik tadi. Hasilnya pun bisa menyamai bahkan melebihi kualitas dari foto yang dihasilkan film konvensional.

5. KERTAS FOTO

Berbicara tentang kertas foto berarti kita berbicara tentang media di mana sebuah gambar tercetak dan akhirnya disebut sebagai sebuah foto. Definisi yang lebih tepat, kertas foto adalah sebuah kertas yang peka akan cahaya, sehingga bisa dibubuhi gambar hasil fotografi di atasnya. Akan tetapi, pada era fotografi digital ini, pengertian dari kertas foto menjadi bergeser. Kini, kertas foto diartikan sebagai kertas apapun yang bisa dimanfaatkan untuk mencetak foto dengan kualitas baik (tentunya dengan bantuan printer atau alat cetak lain). Jadi, apakah itu kertasglossydoff ataupun jenis kertas lainnya, asalkan kertas itu bisa digunakan untuk mencetak foto dengan baik, maka bisa disebut sebagai kertas foto.
Pada awalknya, kertas foto adalah kertas khusus yang dilapisi beberapa zat kimia agar kertas itu bisa digunakan untuk mencetak foto yang berasal dari film negatif.
Bila kita menelusuri sejarah awal ditemukannya media untuk mencetak foto ini, maka kita akan bertemu kembali dengan Joseph Nicéphore Niépce yang berhasil membuat foto pertama pada tahun 1926. Saat itu ia melapisi sebuah lempengan timah dengan beberapa zat kimia, agar bisa merekam gambar yang terproyeksi dari kamera obscuranya.
Konsep yang dipakai Niépce untuk membuat sebuah lempengan logam menjadi peka cahaya ini, kemudian terus dikembangkan hingga pada tahun 1880an, George Eastman berhasil menggunakan kerta khusus untuk mencetak foto dari film negatif.

6. FOTOGRAFI DIGITAL

Fotografi digital merupakan salah satu inovasi terbaik dalam dunia fotografi. Kehadirannya telah mengubah paradigma masyarakat yang menganggap bahwa fotografi adalah suatu bidang yang mahal dan sulit untuk dikuasai. Fotografi digital benar-benar bisa memberikan kepraktisan dan kemudahan bagi setiap orang untuk membuat sebuah foto yang bagus. Dengan perkembangan teknologi yang pesat, dan beragam fitur untuk membuat foto yang baik, muncul sebuah ungkapan bahwa “setiap orang bisa menjadi fotografer profesional”.
Bila ditelusuri dari sejarahnya, maka kita akan kembali ke tahun 1960an. Di mana dunia sedang mengalami revolusi besar-besaran di bidang teknologi. Eugene F. Lally, seorang teknisi dari Jet Propulsion Laboratory adalah orang pertama yang mencetuskan ide untuk mendigitalisasi sebuah foto. Saat itu tujuannya adalah untuk mempermudah pengiriman foto secara langsung dari misi-misi luar angkasa Amerika Serikat.
Pada tahun 1970an, dunia jurnalistik turut mempengaruhi kemunculan kamera digital. Saat itu, terdapat sebuah tuntutan untuk menghadirkan foto dari suatu peristiwa yang terjadi, secepat mungkin. Maka digunakanlah media pemindai foto (scanner). Sebuah foto dipindai menjadi data elektronik, kemudian dikirimkan melalui jalur telepon. Akan tetapi, cara ini juga masih dianggap merepotkan, karena terjadi penurunan kualitas gambar yang cukup signifikan dan proses pengiriman foto pun masih memerlukan waktu yang relatif lama.
Kamera Digital Model Pertama
Untuk menjawab persoalan ini, diperlukan suatu kamera yang bisa secara langsung menciptakan foto yang berupa data elektronik. barulah pada bulan Desember tahun 1975, seorang teknisi dari perusahaan Kodak yang bernama Steven Sasson, menjadi orang pertama yang menemukan Kamera Digital.
Kamera yang dibuatnya, menggunakan sensor CCDsebagai media penerimaan gambar dan hanya mampu menghasilkan foto hitam putih dengan resolusi sebesar 0,01 megapixel (320 x 240 pixel). Media penyimpanannya adalah sebuah kaset tape, sedangkan untuk melihat hasil gambar, kamera ini harus disambungkan terlebih dahulu dengan sebuah televisi. Kamera ini mempunyai bobot seberat 3,6 kg dan membutuhkan waktu tak kurang dari 23 detik untuk memproses satu buah foto.
Walaupun kamera digital model pertama ini masih belum praktis dan belum sepenuhnya menjawab persoalan-persoalan yang terjadi, tapi alat ini telah menjadi awal mula dari kemudahan dan kepraktisan teknologi fotografi digital yang kita nikmati sekarang ini. Setelah penemuan dari kamera digital model pertama, kamera-kamera digital selanjutnya terus bermunculan dengan perbaikan-perbaikan dari model sebelumnya, dengan berbagai fitur serta kemampuan yang baru.

Kamis, 13 Maret 2014

Komponen Kamera

 
Setelah pada bagian pertama saya membahas mengenai apa itu kamera SLR dan DSLR serta istilah-istilah dasarnya, sekarang saya akan membahas mengenai komponen-komponen dasar yang terdapat pada kamera DSLR.Komponen-komponen tersebut antara lain:1.      Lensa KameraKetika membeli kamera DSLR kita biasanya akan ditanya oleh penjual apakah akan membeli body kamera saja atau kit [kamera+lensa], hal ini dikarenakan kamera DSLR dapat dipisahkan antara kamera dan lensanya. Beberapa kamera DSLR dapat menggunakan lensa yang berbeda merek, dan ada yang tidak bisa sama sekali. Ada kamera DSLR yang sudah dilengkapi dengan motor autofocus ada juga yang belum memilikinya.Lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya hingga mampu mencetak gambar pada medium penangkap [film atau CCD/CMOS]. Pada bagian luar lensa biasanya terdapat tiga cincin yaitu cincin panjang focus, cincin diafragma dan cincin focus.Pada dunia fotografi terdapat berbagai macam lensa, diantaranya adalah:·         Fix lens [Lensa standar], lensa normal berukuran 50 mm dan memberikan karakter bidikan natural.·         Wide angle lens [lensa sudut lebar], berguna untuk menangkap subjek yang luas dalam ruang sempit. Lensa ini membuat subjek terlihat lebih kecil daripada ukuran sebenarnya, sehingga kita dapat memotret banyak orang yang berjajar dalam satu ruangan yang sempit. Semakin pendek jarak fokusnya semakin lebar pandangannya. Lensa ini sangat tepat digunakan untuk acara seminar dalam ruangan dan pernikahan. Adapaun ukuran lensa ini mulai dari 17mm, 24mm, 28mm, dan 35mm.·         Fish Eyes Lens [lensa mata ikan], lensa ini masuk ke dalam kategori wide angle lens dengan diameter 14mm, 15mm, dan 16 mm. Lensa ini memberikan pandangan 180 derajat dengan hasil gambar melengkung.·         Tele lens [Lensa tele], lensa ini pada dasarnya merupakan kebalikan dari wide angle lens. Fungsi lensa ini adalah untuk mendekatkan subjek foto yang jauh, dan mempersempit sudut pandang. Lensa ini berguna untuk melakukan hunting foto terhadap objek yang jauh seperti di pegunungan, hutan, pantai dan lainnya.  Lensa ini biasanya berukuran 70mm ke atas.·         Lensa zoom, lensa ini merupakan gabungan antara wide angle lens, fix lens dan tele lens. Ukuran lensa tidak fix misalkan antara 80-200mm, oleh karena itu lensa ini cukup flexible dan memiliki range lensa yang cukup lebar.·         Lensa makro, lensa ini biasanya digunakan untuk memotret benda-benda yang sangat kecil.2.      Viewfinder [pembidik]Viewfinder merupakan komponen yang penting pada kamera DSLR, ada dua sistem bidikan kamera, yaitu: a) viewfinder type [jendela bidik yang terpisah dari lensa]; dan b) reflex type [bidikan lewat lensa].Kamera SLR/DSLR menggunakan type yang kedua, mata seorang fotografer akan melihat melalui lensa. Hal ini dapat menghindarkan parallax, yaitu keadaan dimana fotografer tidak dapat melihat secara akurat indikasi keberadaan subjek melalui lensa sehingga ada bagian yang hilang ketika foto dicetak.3.      Jendela bidikJendela bidik merupakan sebuah kaca yang di dalamnya  memuat penemuan jarak [range-finder], pilihan diafragma, shutter speed dan pencahayaan [exposure].4.      FokusMerupakan bagian yang mengatur jarak ketajaman lensa sehingga gambar yang dihasilkan tidak burem.5.      Shutter SpeedMerupakan kecepatan kamera dalam membuka dan menutup lensa, sehingga mempengaruhi banyaknya cahaya yang ditangkap oleh kamera. Skala shutter speed biasanya dimulai dengan B, ¼, ½ sampai 1/1000, hal ini mengartikan kecepatan pembukaan lensa, misalkan shutter speed yang kita pilih ½ maka shutter akan terbuka selama ½ detik.Sedangkan tanda B berarti Bulb yang mengartikan shutter akan terbuka ketika kita menekan tombol dan menutup kembali ketika kita melepas tombol shoot. Yang pelu kita ingat adalah semakin lama kecepatan shutter speed yang kita pilih semakin banyak cahaya yang akan masuk ke dalam kamera.Speed cepat dapat digunakan untuk mengambil objek foto yang bergerak. Namun, beberapa fotografer dapat memperoleh efek foto indah dengan memainkan speed, seperti menggunakan speed lambat kepada objek foto yang bergerak maka akan memperoleh gambar objek yang kabur namun background terlihat jelas.Atau dengan menggunakan metode panning, yaitu menggerakan kamera bertepatan dengan menekan tombol mengikuti pergerakan objek foto. Metode ini dapat menghasilkan foto yang indah, yaitu objek foto yang bergerak akan jelas terlihat namun background menjadi blur.6.      DiafragmaDiafragma biasa dikenal dengan kata aperture, memiliki fungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam kamera. Di kamera SLR/DSLR penulisan diafragma menggunakan lambing F, dengan skala F/2, F/2.8, F/4, F/16 dan seterusnya.Cara bekerja diafragma ini adalah semakin kecil nilai F maka bukaan yang dihasilkan akan semakin lebar sehingga cahaya yang masuk semakin banyak, dengan artian hasil foto akan terlihat lebih terang.Diafragma kecil biasanya digunakan untuk hasil foto yang tajam baik dari depan maupun background dan biasa digunakan untuk foto landscape yang membutuhkanhasil detail.Diafragma besar biasanya digunakan untuk hasil foto dengan subjek yang tajam dan background blur.7.      Depth of FieldDepth of field adalah besarnya jarak antara subjek yang paling jauh maupun paling dekat yang dapat terkena fokus tajam pada sebuah foto. Misalkan kita memotret barisan manusia, maka hasilnya akan terlihat manusia paling depan dan beberapa di dekatnya akan terlihat jelas, namun semakin ke belakang foto manusia akan terlihat blur. Fungsi dari depth of field adalah mengaburkan latar belakang yang dianggap tidak sesuai dengan subjek.8.      Pencahayan [exposure/ISO]Merupakan kuantitas cahaya yang diperbolehkan masuk, exposure [ISO] diukur dengan alat yang disebut light meter. Jika ligh meter menunjukkan kekurangan cahaya maka kita bisa memperkecil bukaan diafragma [F] dan memperlambat shutter speed. Namun, jika light meter menunjukkan kelebihan cahaya maka kita dapat memperbesar diafragma [F] dan mempercepat shutter speed.Penggunaan ISO yang tepat adalah apabila kita menggunakan ISO yang tinggi maka kita hanya memerlukan sedikit cahaya agar gambar yang dihasilkan jelas. Sedangkan, apabila ISO rendah maka kita memerlukan cahaya yang banyak agar gambar menjadi jelas.
Demikianlah komponen-komponen dasar yang harus diketahui bagi fotografer pemula agar dapat menghasilkan gambar yang baik dan enak dipandang.

Kamis, 06 Maret 2014

Teknik Foto Siluet


Tips foto: bagaimana cara memotret siluet


foto siluet nelayanSiluet adalah foto dengan obyek utama gelap total dengan background yang terang, sehingga yang terlihat adalah bentuk dari obyek utama tadi. Memotret siluet tidaklah sesulit yang dibayangkan, asal anda tahu langkah-langkah dan tips-nya. Silahkan:

Matikan Flash

Yang pertama dan terpenting adalah flash di kamera harus dimatikan, kalau tidak anda akan mendapatkan foto biasa (karena obyek utama-nya tidak jadi gelap). Jadi matikan flash dikamera anda

Cari kondisi pencahayaan yang tepat (backlight)

Untuk menghasilkan siluet, background anda harus lebih terang dibandingkan dengan obyek utama. Itulah kenapa kebanyakan foto siluet dilakukan saat sunset atau sunrise, dimana matahari (sumber cahaya) ada di belakang obyek yang ingin anda foto (backlighting). Tapi jangan batasi diri, foto siluet bisa dihasilkan kapan saja, pada intinya anda hanya harus menemukan background yang lebih terang dibandingkan obyek utama.

Carilah obyek yang bentuknya menarik

Foto siluet akan sangat menonjolkan bentuk obyek utama, oleh karena itu carilah obyek dengan bentuk yang menarik dan memiliki karakter kuat. Perhatikan foto diatas, karena obyek utama (pencari ikan) kehilangan detail dan menjadi sangat gelap, bentuknya justru akan lebih terekspos. Kita bisa melihat dengan jelas batas-batas lekukan bentuk tubuh si nelayan, bentuk jaring dan bingkainya sampai tetesan air yang keluar dari jaring. Anda juga bisa mencoba dengan obyek lainnya.

Carilah background yang tepat

Untuk mendapat siluet anda harus menemukan background yang lebih terang. Usahakan juga untuk mendapatkan background yang menarik namun juga tidak ramai sehingga obyek utama terlihat sangat menonjol. Langit dan pantai adalah contoh favorit.

Ukur eksposur dengan tepat (manual/ auto)

Sebisa mungkin gunakanlah mode manual eskposur. Set metering di spot metering. Lakukan pengukuran di daerah background yang paling terang. Dalam contoh foto diatas saya mengukur cahaya langit diatas helm. Ubahlah kombinasi aperture dan shutter speed sesuai dengan hasil metering anda, terutama pada aperture pastikan anda set sesuai keinginan anda (aperture besar untuk background yang agak kabur dan aperture kecil untuk background yang tajam). Setelah anda menentukan aperture dan shutter speed yang dipilih, arahkan kamera ke obyek utama. Aturlah h3 yang terbaik dan tentukan fokus di obyek utama, baru kemudian jepret….
Jika anda tidak bisa menggunakan mode manual, gunakanlah mode auto. Arahkan kamera ke area paling terang, dalam contoh diatas adalah ke langit diatas si pencari ikan, pencetlah setengah shutter anda (jangan pencet penuh) lalu tahan shutter jangan dilepas. Lalu arahkan kamera ke obyek utama anda baru kemudian jepret….

Jangan takut mencoba

Cobalah kombinasi aperture dan shutter speed yang berbeda jika anda gagal di kesempatan pertama. Cobalah juga bereksperimen dengan obyek dan lingkungan anda, jangan hanya terpaku pada sunset dan sunrise, karena foto siluet bisa dihasilkan dimanapun (silahkan lihat juga 8 contoh foto siluet kreatif ini).
Good Luck

5Teknik Fotografi yang menakjubkan

5 TEKNIK FOTOGRAFI UNIK, HASILKAN GAMBAR MENAKJUBKAN

5 Teknik Fotografi Unik, Hasilkan Gambar Menakjubkan
Menjadi seorang fotografer bukan berarti kerjamu hanya tekan tombol shutter saja. Diperlukan skill dan penguasaan teknik-teknik khusus fotografi untuk menunjang karirmu dalam bidang ini, sehingga kamu bisa bersaing dengan fotografer yang jumlahnya tak terhingga di dunia ini. Selain itu, dengan memahami teknik-teknik fotografi, kamu dapat membuat hasil fotomu lebih variatif.
Foto pemandangan? Foto manusia? Itu biasa. 5 teknik fotografi dibawah ini sanggup menghasilkan foto-foto berkelas yang menakjubkan, bahkan dengan objek paling biasa sekalipun.
    1. High-Speed Photography
      Pernah melihat foto balon meledak, percikan air atau kaca pecah? Nah, foto-foto ini dihasilkan dengan teknik high-speed photography. Objek yang bergerak akan menimbulkan efek blur ketika dipotret, dan beberapa fotografer menginginkan mereka “beku” sejenak untuk mendapatkan gambar yang fantastis. Teknik ini membuat hal-hal yang terjadi dengan cepat dan secara normal tidak akan tertangkap mata menjadi mungkin untuk diabadikan.  Amazing, right?

    1. Tilt-Shift Photography
      Tilt-shift photography adalah teknik fotografi unik dan kreatif yang mampu memanipulasi objek atau lokasi dengan ukuran sebenarnya menjadi terlihat seperti model miniatur. Untuk membuat efek ini, potret gambar dari sudut yang tinggi, sehingga akan tercipta ilusi seperti sedang melihat sebuah model miniatur. Kamera yang dilengkapi dengan lensa tilt-shift adalah yang kamu butuhkan untuk memulai teknik ini agar menghasilkan depth of field yang sempit.

    1. High Dynamic Range Photography (HDR)
      Teknik fotografi menakjubkan ini akan mampu mengaburkan pengertian kita akan perbedaan antara ilusi dan kenyataan. Foto HDR adalah teknik yang mampu membuat rentang dinamis dari eksposur yang jauh lebih besar dibandingkan dengan teknik digital imaging biasa, sehingga dapat memunculkan tingkat intensitas level yang jauh berbeda antara cahaya dengan bayangan. Biasanya teknik ini dilakukan dengan memodifikasi foto dengan software pengolahan gambar. Hasilnya? Luar biasa, tentu saja.

    1. Smoke Art Photography
      Asap merupakan hal biasa dalam kehidupan kita. Tapi tahukah kalian kalau asap bisa dijadikan objek untuk mengasilkan karya seni? Smoke art photography membuat hal yang biasa-saja ini menjadi luar biasa. Asap ini bisa digunakan sebagai objek atau sebagai media untuk membuat sesuatu yang lain. Beberapa fotografer menggunakan teknik fotografi ini untuk mengabadikan kecantikan dan kealamian dari asap ini, sementara fotografer lainnya menggunakannya untuk “melukis”, menghasilkan suatu karya seni yang amat menakjubkan.

    1. Motion Blur Photography
      Berbeda dengan high-speed fotografi yang sengaja “membekukan” objek foto, teknik fotografi motion blur menangkap keindahan dari sesuatu yang bergerak justru dari efek blurnya. Motion blur biasanya digunakan untuk memunculkan kesan gerakan yang cepat. Kamu bisa mendapatkan efek ini dengan menggunakan kecepatan shutter yang lambat (slow shutter speeds).

Jadi, fotografi tidak terbatas pada gambar seperti apa yang terlihat oleh mata telanjang. Justru dengan fotografi dan teknik-teknik ajaibnya, kamu bisa membuat sesuatu yang menakjubkan, dengan efek-efek tertentu yang tidak akan kamu lihat sehari-hari.
Masih banyak teknik-teknik luar biasa lain yang bisa kamu pelajari. IDS | International Design School memiliki program (course fotografi)  yang mampu membuatmu menjadi fotografer profesional, dengan para fotografer profesional berpengalaman sebagai pengajarnya.
Abadikan suatu momen biasa secara luar biasa, dan buat dirimu menjadi luar biasa pula diantara fotografer-fotografer lainnya. So, let’s try them now, photographer!

Fungsi tata Cahaya

Fungsi  Tata Cahaya

Cahaya/ lampu yang hadir di atas panggung dan menyinari  semua objek sesungguhnya menghadirkan



  • Penerangan
    inilah fungsi paling besar /paling mendasar dari tata cahaya lampu memberi penerangan pada pemain dan subjek yang ada di atas
  • Dimensi
    Dengan tata cahaya / lampu kedalam sebuah objek dapat mencitrakan .dimensi dapat menciptakan dengan bagi sisi gelap dan terang atas objek yang di sinari sehingga membantu perspektih tata panggung
  • Pemilihan 
    tata/cahaya dapat dimanfaatkan untuk menentukan objek dan area yang hendak di sinari .jika dalam film dan televisi sutradara dsapat memilih adegan menggunakan kamera maka sutradara panggung melakukan dengan cahaya .dalam teater p0enonton secara normal dapat melihat seluruh area panggung untuk memberikan fokus perhatian pada area atau aksi tertentu 

Selasa, 04 Maret 2014

Teknik Fotografi

DEPTH OF FIELD


Secara harafiah Depth of Field (DOF) berarti kedalaman ruang. Di dunia fotografi, DOF secara teknis berarti rentang atau variasi jarak antara kamera dengan subjek foto untuk menghasilkan variasi ketajaman (fokus) gambar yang masih dapat diterima (tidak blur). Dengan kata lain, DOF digunakan untuk menunjukkan ruangan tertentu di dalam foto yang mendapatkan perhatian khusus oleh mata karena adanya perbedaan ketajaman (fokus).

Secara umum, Depth Of Field dipengaruhi oleh 3 hal yaitu :

Jarak fokus utama dari kamera
Lebar ruang tajam berbanding lurus dengan kuadrat jarak objek. Jika kita mengubah jarak antara kamera dengan objek sebesar 3x (lebih jauh - dengan menggeser kamera mundur dari posisi semula) maka lebar ruang tajam akan menjadi 9x lebar semula.

Bukaan diafragma
Lebar ruang tajam berbanding lurus dengan diafragma. Contoh: jika diafragma dinaikkan 2 stop dari f/8 ke f/16, maka lebar ruang tajam akan menjadi 2x lebar semula.

Panjang fokus lensa yang digunakan
Lebar ruang tajam berbanding terbalik dari kuadrat panjang fokus. Dengan kata lain, lebar ruang tajam akan menjadi 4x lebar semula jika kita mengubah lensa dari 100mm ke 50mm (panjang fokus lensa setengah dari semula).
Semakin lebar sudut lensa maka semakin luas daerah ruang tajamnya. Ini artinya, ketika kamera di-zoom out, objek yang kita shoot akan semakin leluasa untuk bergerak maju ataupun mundur dalam jarak tertentu dari kamera dan masih terlihat tajam/fokus. Ruang tajam yang sempit dalam pengambilan gambar telephoto, disebut juga DoF sempit, sedangkan ruang tajam yang luas dalam pengambilan gambar wide disebut juga DoF luas.
Semakin membuka diafragma, semakin sempit daerah ruang tajamnya. Ini berarti, mengatur fokus dalam situasi pencahayaan yang kurang akan lebih problematis dikarenakan diafragma harus membuka lebar dan objek tidak akan leluasa untuk bergerak mendekat atau menjauh dari kamera karena akan keluar dari fokus (out of focus).
Kombinasi antara telephoto (zoom in all the way) dan diafragma yang membuka lebar, akan mengakibatkan ruang tajam yang sempit. Satu contoh, saat pengambilan gambar telephoto (tight shot) seorang penyanyi yang melakukan konser pada malam hari dengan pencahayaan yang minim, kita harus berhati-hati dalam mengatur fokus, karena sedikit saja penyanyi tersebut bergerak mendekat atau menjauh dari kamera, maka dia akan mudah untuk keluar dari fokus.

PANNING


Adapun teknik panning yang, bisa dikatakan, kebalikan dari teknik freeze. Pada teknik ini, sebuah foto dimaksudkan untuk menampilkan efek gerak pada objek yang bergerak. Efek gerak ditampilkan pada bagian background dari foto. Teknik ini dilakukan dengan cara menggerakan kamera sealur dengan arah bergeraknya objek. Selain agar background yang dihasilkan tidak kacau, teknik ini mengharuskan penggunaan low speed yang keduanya mengharuskan kamera tidak banyak goyang. Penggunaan sutter speed antara 30-60 second. Yaitu dengan mengikuti objek yang bergerak, kemudian mengeksekusinya (menekan tombol pemicu/triger) pada keadaan objek tertentu. Bila sutter speed dibawah 30s Untuk melakukan teknik ini, dibutuhkan alat bantu kamera berupa tripod. Akan tetapi dalam teknik ini disarankan tidak mengurangi kualitas aperture/diafragma (pewarnaan foto) yang secukupnya.


SLOW & STOP ACTION

slow action

stop action

-Slow action : salah satu teknik fotografi yang bertujuan memperlihatkan/menangkap gerakan objek. Biasanya digunakan kecepatan rendah, antara 1/30 sampai 1 detik

-Stop action : kebalikan dari slow, yaitu teknik fotografi untuk bertujuan membekukan gerak objek. Biasanya digunakan kecepatan tinggi, antara 1/125 sampai 1/4000 atau lebih.

ZOOMING



Zooming merupakan teknik foto untuk memberikan kesan gerak dengan mengubah panjang fokus lensa pada saat eksposure. Perubahan panjang fokus hanya dapat dilakukan dengan lensa zoom.

Untuk mendapatkan kesan gerak, Anda harus menggunakan kecepatan rana tidak lebih dari 1/30 detik. Pada saat pemotretan, dalam waktu bersamaan dengan proses eksposure, titik fokus lensa diubah dengan menarik lensa zoom ke dalam atau ke arah luar (untuk jenis zoom yang ditarik) atau dengan cara menggeser titik fokus lensa ke kiri atau ke kanan (untuk lensa zoom jenis gelang). Sebaiknya, gunakan tripod untuk menopang kamera pada saat pemotretan. Tempatkan subjek utama pada bagian tengah foto. Pada bagian ini, ketajaman gambar relatif lebih baik dari bagian lain.

Efek zooming terbaik akan diperoleh jika background memiliki kontras dan warna yang bervariasi. Besarnya efek zooming yang diperoleh tergantung pada berapa cepat gerakan tangan Anda mengubah fokus pada saat eksposure. Teknik ini dapat digunakan baik pada siang hari atau pada malam hari/kondisi pencahayaan kurang. Jika pemotretan dilakukan malam hari, Anda dapat memakai waktu pencahayaan lama dan akan memperoleh efek lampu yang membentuk garis-garis panjang cahaya.

BULB


BULB merupakan salah satu teknik pengambilan gambar(di fotografi) dengan menggunakan speed yang sangat lambat, saking lambatnya,sehingga tidak memungkinkan pengambilan gambar di lakukan dengan tangan kosong(berarti tangannya harus diisi..halahhh). Alat bantu yang digunakan untuk pengambilan foto bulb pada umumnya adalah tripod, agar tidak terjadi guncangan pada kamera sewaktu pengambilan gambar dilakukan yang membuat gambar berbayang dan biasa dilakukan pada malam hari.

Cara Menerapkan Teknik Bulb:
Shutter Speed rendah –>lebih dari 3 detik (agar didapat efek pergerakan dari benda yang di foto )
Diafragma Kecil –>11-22 (Untuk mendapatkan ruang tajam keseluruhan gambar lebih luas dan memungkinkan shutter speed lebih lambat)
ISO/ASA serendah mungkin Menggunakan Tripod & kabel release (bila ada) –> untuk mengurangi guncangan agar gambar yang dihasilkan tidak berbayang.

MemFokuskan object –>foto bulb tidak hanya sekedar foto landscape(pemandangan/view) saja.melaikan dapat juga ditentukan sebuah objek foto dengan Foreground atau background efek cahaya bergerak (Moving Lights)
Metering Objek–>dimaksudkan agar objek yang difoto dapat tergambar dengan pencahayaan yang cukup jelas,kecuali jika sang fotografer mempunyai maksud lain dengan men-Set metering objek Under atau Over expos.

Teknik bulb ini sering juga disebut teknik melukis dengan cahaya, seperti halnya menggambar di atas kertas. namun perbedaanya adalah pada media yang digunakan. melukis dengan cahaya adalah sebuah teknik yang menggunakan kamera sebagai alat untuk mereproduksi atau merekam cahaya, yang nantinya akan memadukan titik-titik cahaya menjadi sebuah gambar yang artistik.